Gurunya Bawa Tengkorak ke Sekolah! Kisah Maria Debora Jadi Guru Biologi

Maria Debora Siagian adalah seorang guru biologi yang telah menjalani kehidupan lintas budaya sejak kecil. Lahir dan besar di Bengkulu, ia menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Payakumbuh, Sumatra Barat, dan melanjutkan studi di Universitas Bengkulu. Setelah lulus, Maria mengajar di berbagai daerah, termasuk Tanjung Balai, Bogor, dan kini di Ambon.

Inspirasi Maria untuk menjadi guru datang dari Pak Agus, guru biologi semasa SMP-nya. Pak Agus dikenal karena metode pengajarannya yang kreatif, seperti mengadakan pembelajaran di luar kelas dan membawa torso tengkorak ke lapangan sekolah. Pendekatan ini membuat Maria semakin mencintai biologi dan memutuskan untuk mengikuti jejak gurunya.

Pengalaman Maria bertemu guru inspiratif berlanjut saat SMA, di mana ia memiliki guru dengan latar pendidikan luar negeri yang memilih tetap mengajar di daerahnya. Guru tersebut menekankan pentingnya perubahan pendidikan melalui pemanfaatan teknologi dan digitalisasi, yang semakin memotivasi Maria dalam kariernya.

Bagi Maria, setiap murid adalah istimewa. Meskipun menghadapi tantangan sarana dan prasarana saat mengajar di Ambon, ia tetap bersemangat dan kreatif dalam menyampaikan materi. Maria percaya bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk belajar, dan ia terus beradaptasi untuk memberikan yang terbaik bagi siswanya.

Maria juga berpesan kepada calon guru lainnya untuk terus bersemangat dan berdedikasi. Menurutnya, guru bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan menjadi orang tua kedua bagi siswa. Ia mengajak para lulusan pendidikan untuk menjadi laskar-laskar pendidikan Indonesia, karena perubahan dimulai dari para pendidik.

Kisah Maria Debora Siagian menunjukkan bahwa inspirasi dari seorang guru dapat membentuk masa depan seseorang. Dedikasi dan kreativitas dalam mengajar tidak hanya mempengaruhi siswa saat ini, tetapi juga generasi pendidik berikutnya.